Nusa Dua, suryadewata.com
Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2019 merekomendasikan agar repositioning target market lebih fokus kepada pasar yang berkualitas dengan kuantitas pasar Tiongkok.
Upaya itu dalam menjaga keberlanjutannya (sustainability) pariwisata Bali pasca pemberantasan praktek toko “shopping” berjaringan mafia Tiongkok semakin menjadi perhatian publik yang belum tuntas hingga kini.
“Menyiapkan infrastruktur serta sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan berkualitas untuk menangani pasar Tiongkok,” kata Ketua Panitia ITO I Made Ramia Adnyana yang maju menjadi Anggota Caleg Provinsi Bali Dapil Karangasem di Nusa Dua, Jumat (23/11).
Hal itu disampaikan usai melaksanakan acara ITO 2019 yang digelar Hotel Ayodya Nusa Dua.
Ia juga Wakil Ketua (Waka) Umum I Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) mengharapkan, pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang akan memberi dampak secera ekonomi (multiflier effect), menjaga adat, sosial dan budaya serta pelestarian lingkungan.
Dengan bertemunya Gubernur Bali Wayan Koster dengan Konsul Jenderal (Konjen) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Gou Haodong, optimis permasalahan ini sudah sangat jelas dan terselesaikan.
Langkah itu akan diikuti dengan kunjungan perwakilan Bali akan berkunjung ke Beijing dan Shanghai untuk meyakinkan partner bisnis di Tiongkok bahwa Bali layak di kunjungi wisatawan Tiongkok yang berkualitas.
Dengan bertemu langsung antara Pemerintah Provinsi Bali dengan Pemerintah Tiongkok agar informasi serta keterangan Pemerintah Provinsi Bali tidak bias berkaitan dengan pasar Tiongkok ini.
Bali memang memerlukan pasar Tiongkok yang tumbuh sangat baik agar pertumbuhan industri pariwisata Bali dan Indonesia terdongkrak.
Untuk itu, pihaknya tahun mendatang tetap optimis akan terjadi pertumbuhan di sektor pariwisata dengan melihat pertumbuhan yang juga positif di negara-negara sumber wisatawan. (ART)
No Comment