Denpasar, Surya Dewata
Anak Agung Ngurah Bagus Agung, ST. sebagai ahli waris dan penerus SMA PGRI 2 Denpasar menjelaskan masalah SMA PGRI 2 Denpasar sebenarnya dari awal berdiri sisi pendidikan tidak ada masalah. Sekarang yang bermasalah adalah pengelola sekolah yaitu kepala sekolah
” Masalah yang terjadi sekarang dari sisi management adalah penunjukan secara langsung kepala sekolah oleh yayasan PGRI. Kedepannya akan dibangun lagi dengan baik,sesuai dengan apa yang dirintis oleh ayah saya, dari tahun 1983 fokus mendirikan sekolah SMA PGRI 2 ini hanya untuk pendidikan dan bukan diperuntukan untuk hal – hal lain seperti bisnis yang menghabiskan uang sekolah ,” ucapnya
Kisruh di SMA Agri ini karena :
(1) Kepala sekolah tidak mau bekerjasama baik dengan pemilik dan pendiri sekolah I Gusti Made Djawi dan Cidra.
(2). Tidak ada transparansi dari management seperti pengelolaan keuangan sampai tahun terakhir ini, dari tahun 2010 kepala sekolah langsung ditunjuk oleh yayasan PGRI provinsi Bali bahwa Saputra sebagai PLT kepala sekolah dan sampai sekarang sudah menjabat 3 periode jadi selama 10 tahun karena satu periode jabatan 4 tahun sisanya lagi 2 tahun ,
(3) Dari AD/ART menyatakan bahwa kepala sekolah tidak bokeh merangkap dua jabatan, yaitu sebagai kepala sekolah dan ketua yayasan PGRI provinsi Bali. itu sudah menyalahi aturan
Ia juga menjelaskan sekarang yang diminta oleh pendiri dan pemilik sekolah I Gusti Made Djawi pak Cidra almarhum lewat anaknya adalah ” Laporan Pertanggung Jawaban Kegiatan Sekolah Selama 10 Tahun” dimana Saputra sebagai kepala sekolah tidak memberikan laporan. Kata Saputra bahwa pemilik tidak bokeh ikut campur urusan management.
Pemilik sekolah I Gusti Made Djawi dibatasi hanya sebagai pensiunan kepala sekolah, Saputra tidak tau sejarah berdirinya sekolah, dulunya tidak ada istilah guru yayasan tetap tetapi yang ada guru honor.
” Yang jelas yayasan sekolah SMA PGRI 2 didirikan oleh pribadi yaitu I Gusti Made Djawi dan Pak Cidra almarhum, yayasan sebagai payung hukumnya saja dengan membayar royalti 12,5% ,” tegasnya.
Semenjak Saputra menjadi keoala sekolah dirubah oleh yayasan yang menyatakan kalau sekolah ini milik yayasan. Pemasukan keuangan sekolah 12,5% dibayar ke yayasan dan sisanya a87,5& dianggap milik sekolah, ketika ditanyakan bukti – bukti sekolah milik yayasan ternyata tidak memiliki bukti kuat apapun .
Intinya hanya menghabiskan uang sekolah , uang yang ada di sekolah SMA PGRI 2 digunakan untuk pribadi yang tidak bermanfaat buat sekolah dan pendidikan
SMA PGRI 2 didirikan untuk memajukan pendidikan dan bukan untuk menelantarkan pendidikan seperti sekarang ini jumlah anak didiknya terus merosot sejumlah 120 siswa .
Ironisnya sekarang hanya menghabiskan uang dan mengakui aset sekolah sebagai miliknya akan tetapi tidak bisa membuktikan kalau itu milik dia
” Hitam di atas putih dibuktikan dengan sertifikat pemiliknya I Gusti Made Djawi sudah jelas tidak bisa diganggu gugat ,” ujarnya
Permasalahan sekarang yayasan mengakui sekolah itu milik yayasan atau milik kepala sekolah itu yang menimbulkan kekisruhan.
” Intinya kita menanyakan pertanggung jawaban laporan kegiatan sekolah termasuk keuangan selama 10 tahun ,” imbuhnya
” Tidak ada pembangunan fisik dan renovasi sekolah terus uangnya kemana, paling tidak Suparta mau menjelaskan dan memberi laporan kepada pemilik sekolah I Gusti Made Djawi ” pungkasnya