Badung – Surya Dewata
Naiknya harga babi berdampak dari pemotong babi sampai pelaku kuliner babi. Bagaimana tidak dulu sebelum kenaikan harga babi pemotong bisa memotong 30 ekor per hari tetapi sekarang ini turun drastis hanya memotong 5 ekor babi saja.
Bila hal ini terus berlanjut tak pelak usaha pemotong dan kuliner babi pada bangkrut serta jumlah pengangguran bertambah.
Salah satu pemotong babi Owner CV. Leba Ayu
Ketut Suwitra mengatakan dengan kenaikan harga babi sekarang ini sangat merugikan pemotong babi.
Terkait hal ini saya mohon kepada pemerintah yang berkompeten di hidungnya untuk turun kelapangan memantau apakah kenaikan harga babi ini apakah karena populasinya yang kurang atau apakah karena faktor lain.
Lanjutnya, informasi yang saya dapat banyak pengiriman babi hidup ke luar daerah. Untuk itu perlu dari Pemerintah Daerah (Pemda) turun ke lapangan untuk mengecek.
” Saya juga tidak mau dibenturkan dengan para peternak karena dengan kenaikan babi belum tentu peternak mendapat untung banyak.
Kenaikan harga babi ini sebenarnya bukan dari peternak akan tetapi dari para calo. Harga dari 50 ribu per kilo sedangkan calo di medsos mengatakan sudah 60 ribu sehingga peternak lokal menjadi bimbang
Kerugian di pemotong babi ada oada harganya sekarang berkisar 60 ribu per kilo sedang menjual ke UMKM susah
Seb enarnya bagi pemotong tidak masalaha asalkan penyerapanya sesuai, sekarang pelaku kuliner sikasi harga 100 audah mengeluh
” Dahulu sebelum harga babi melonjak biasanya memotong babi 30 ekor per hari tetapi dengan kenaikan harga babi seperti sekarang paling memotong 5 ekor babi ,” jelasnya
Modal yang dikeluarkan sangat besar sedangkan keuntungan belum tentu dapat, karena kualitas babi belum tentu sama
Di medsos harga babi 60 ribu sedangkan babi buraspun minta harga yang sama
Bisakah pemerintah membuatkan harga seperti harga babi partai berapa, babi buras berapa.