Jembrana – Surya Dewata
Bupati Jembrana I Nengah Tamba memastikan SDN 4 Melaya menjadi fokus prioritas untuk mendapat perbaikan fisik ditahun 2023.
Prioritas itu, kata Tamba setelah melihat langsung Kondisi atap SDN 4 Melaya ( kamis,11/8) yang rusak parah sehingga tidak memungkinkan digunakan sebagai ruang belajar mengajar.
” Ini hal serius. Kondisinya rusak parah dan menjadi fokus kami untuk diperbaiki di tahun depan,” ujar Bupati Tamba.
Dilokasi, bupati mengaku kecewa karena tidak ada laporan yang masuk kedirinya. Informasi itu justru pertamakali didengarnya dari pemberitaan media. Ia melihat kondisi sekolah terkesan dibiarkan sehingga makin memperburuk kondisi masing masing kelas.
” Kalau tahu lebih awal pasti langsung ditangani tidak sampai molor menunggu tahun anggaran. Karena seperti ini tahun anggaran 2023 pasti( diperbaiki),” kata I Nengah Tamba.
Atas kondisi yang terjadi di SD 4 Melaya bupati berharap bisa dijadikan pelajaran. Artinya semuanya mesti responsif. Cepat menyampaiakan apa yang terjadi dilingkungan sekolahnya. Terutama kepada pengawas yang merupakan tupoksinya.
” Ada dua hal yang selalu saya tekankan dari dulu akan tugas Pengawas. Selalu memantau dan melaporkan Fasilitas serta kebersihan sekolah. Jangan takut melaporkan kepada Bupati tentang permasalahan sekolah, justru lebih tidak baik (malu) ketika Bupati tahu masalah dari media. Jangan sampai ada anggapan Pemerintah Daerah tidak menghiraukan pendidikan. Ini penting untuk generasi kita,” tegasnya.
Melihat kondisi sekolah yang tidak ideal untuk pembelajaran saat ini, bupati mengajak guru dan para orang tua murid tidak patah semangat. Menurutnya daerah tidak akan tinggal diam dan memperhatikan pendidikan.
Terakhir ,Bupati asal desa Kaliakah ini juga meminta maaf kepada masyarakat yang anak-anaknya menempuh pendidikan di SDN 4 Melaya atas permasalahan terjadi.
Dari informasi Kepala sekolah SDN 4 Melaya Siluh Putu Ekawati menjelaskan, dari sebelas ruangan kelas termasuk ruang guru, ada tujuh ruang kelas dalam satu bangunan yang rusak parah . Sehingga sisa empat kelas itu di bagi untuk ruangan belajar. ” Rusaknya ruang kelas terjadi sejak tahun 2018, secara bertahap satu persatu ruang kelas rusak hingga saat ini sudah ada 7 ruang kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan.
Pembelajaran dilakukan menggunakan sistem shift, kelas 1 sampai Kelas 3 pagi dan kelas 4 sampai Kelas 6 siang hari, ” ungkap Ekawati. (Nengah/Prokopim)