
BADUNG — Surya Dewata
Di balik perbukitan hijau Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, berdiri Desa Carangsari, sebuah kawasan wisata yang memadukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan sejarah perjuangan bangsa. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2010, Carangsari tumbuh menjadi destinasi yang menghadirkan pengalaman wisata dengan sentuhan nilai kemanusiaan dan kearifan lokal.
Carangsari memiliki tempat istimewa dalam sejarah Indonesia. Desa ini merupakan tanah kelahiran sekaligus tempat peristirahatan terakhir Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai. Monumen yang berdiri di tengah desa menjadi simbol pengingat atas semangat perjuangan yang pernah menyala di tanah ini. Bagi masyarakat setempat, monumen itu bukan sekadar tugu peringatan, melainkan sumber inspirasi untuk terus menjaga nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan zaman.

Selain nilai historisnya, Carangsari menyimpan peninggalan budaya yang langka. Salah satunya adalah Trimurti Lingga Yoni, artefak purbakala yang diyakini hanya ada satu di Indonesia. Tak jauh dari sana, terdapat Nekara Banyuman Batu, semacam dandang (alat masak) kuno yang disebut hanya ada dua di dunia, satu di Chili dan satu lagi di Carangsari. Kedua peninggalan ini menjadi simbol kebesaran masa lalu dan dirawat dengan penuh rasa hormat oleh masyarakat desa.
Seni tradisional juga menjadi denyut kehidupan warga Carangsari. Tari Topeng Tugek, yang telah dikenal sejak masa lampau, masih dilestarikan di sanggar milik (alm) I Gusti Ngurah Windia. Di tangan para seniman lokal, kesenian ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Sektor pariwisata di Carangsari berkembang dengan beragam kegiatan berbasis alam dan budaya. Pada masa sebelum pandemi, desa ini sempat dikenal dengan wisata petualangan seperti arung jeram, bersepeda, dan wisata gajah yang kala itu menjadi daya tarik utama. Meski kini gajah-gajah tersebut telah dipindahkan ke Tabanan, Carangsari tetap menjaga semangat pariwisata berkelanjutan dengan menawarkan pengalaman wisata yang autentik dan ramah lingkungan.
Upaya itu berbuah pengakuan nasional. Pada tahun 2021, Desa Carangsari meraih predikat Juara Satu Anugerah Desa Wisata Indonesia. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, Sandiaga Uno, yang datang menyaksikan keunikan dan kekayaan budaya desa ini.
Kini, berbagai kegiatan digelar untuk terus menghidupkan geliat pariwisata desa. Carangsari Festival menjadi ajang perayaan seni dan kuliner lokal, sementara Carangsari Heritage Run yang akan digelar pada 14 Desember 2025 mengajak wisatawan menelusuri jejak sejarah melalui rute alam yang menawan. Tak ketinggalan, Lomba Bonsai tingkat nasional turut digelar untuk memperlihatkan keindahan seni merawat alam dalam bentuk miniatur.
Perbekel Desa Carangsari, I Made Sudana, mengatakan bahwa seluruh kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memperkuat identitas budaya desa.
“Kami ingin setiap tamu yang datang ke Carangsari tidak sekadar melihat pemandangan, tetapi merasakan kehangatan, belajar sejarah, dan memahami kehidupan masyarakat kami,” ujarnya.
Dengan kekayaan alam, warisan budaya, dan semangat masyarakat yang tak pernah surut, Carangsari menegaskan diri sebagai destinasi wisata yang tidak hanya menawarkan keindahan, tetapi juga makna
