
keterangan foto:
BIMC Hospital Kuta, PMI Bali, bersama Bali Hash House Harriers 2, gelar “Selamatkan Nyawa, Mulai dari Dirimu” untuk buat daftar pendonor Rh-negatif—langka di Indonesia, namun dibutuhkan ekspatriat. Darah hanya bertahan 2 minggu, pendonor butuh jeda 2 bulan. Daftar pendonor luas krusial untuk darurat. Acara 12 sampai 19 Juli disambut antusias. BIMC ingin perluas jaringan penyelamat nyawa ini, sesi berikutnya 2 Agustus 2025.
BADUNG – Surya Dewata
Warga negara asing yang tinggal atau berlibur di Bali menghadapi tantangan serius dalam memperoleh darah dengan golongan rhesus negatif, seperti A-, B-, AB-, dan O-, yang tergolong langka di Indonesia.
Kelangkaan ini menjadi perhatian utama, terutama di tengah meningkatnya jumlah wisatawan asing yang membutuhkan perawatan medis darurat.
Menurut data dari Palang Merah Indonesia (PMI) Bali, hanya sekitar 1% populasi Indonesia memiliki golongan darah rhesus negatif, dibandingkan dengan 15-20% di negara-negara Barat.
Sulitnya mendapatkan darah rhesus negatif ini juga dialami oleh BIMC Hospital Kuta. Sebagai salah satu rumah sakit swasta terkemuka di Bali yang dikenal dengan pelayanan medis berstandar internasional, BIMC Hospital juga tengah menghadapi kendala serius dalam penyediaan darah dengan golongan rhesus negatif, khususnya untuk kebutuhan wisatawan asing.
Rumah sakit yang berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai ini melaporkan kesulitan mendapatkan stok darah rhesus negatif, yang merupakan golongan darah langka, untuk menangani kasus-kasus darurat.
Menurut Direktur BIMC Hospital, dr Meike Magnasofa,M.Med (WH),MARS, golongan darah rhesus negatif, seperti A-, B-, AB-, dan O-, sangat jarang ditemukan di Indonesia, termasuk di Bali, karena mayoritas penduduk lokal memiliki golongan darah rhesus positif.
“Kami sering menangani wisatawan asing yang membutuhkan transfusi darah rhesus negatif, terutama akibat kecelakaan lalu lintas atau kondisi medis mendesak lainnya. Namun, pasokan darah ini sangat terbatas di bank darah lokal,” ungkapnya, Senin (28/7/2025) di Kuta, Badung.
Tantangan ini diperparah oleh tingginya jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, terutama di kawasan Kuta yang dikenal sebagai pusat pariwisata.
Untuk mengatasi krisis ini, BIMC Kuta telah bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan rumah sakit lain di Bali, untuk mencari pasokan darah rhesus negatif, dengan mengumpulkan data orang atau ekspatriat yang memiliki darah rhesus negatif, atau yang diistilahkan dengan donor hidup.
“Kami juga mengimbau komunitas ekspatriat di Bali untuk menjadi pendonor sukarela, karena banyak diantara mereka yang memiliki golongan darah rhesus negatif,” tambah dr. Meike.
Karena itulah, BIMC Hospital Kuta bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali menyelenggarakan acara Pemeriksaan Golongan Darah bertajuk “Selamatkan Nyawa, Mulai dari Dirimu” bersama komunitas Bali Hash House Harriers 2.
Inisiatif ini didorong oleh kebutuhan mendesak akan pendonor darah Rh-negatif, terutama untuk ekspatriat dan wisatawan di Bali. Karena kelangkaan darah Rh-negatif di kalangan masyarakat Indonesia, menemukan pendonor yang cocok saat darurat sering kali sulit dan terbatas waktu.
Darah yang disumbangkan juga hanya bertahan sekitar dua minggu untuk Whole Blood, dan pendonor harus menunggu minimal dua bulan sebelum mendonor lagi.
Untuk mengatasi tantangan ini, BIMC Hospital Kuta sedang membangun daftar kontak khusus individu Rh-negatif yang dapat dihubungi dengan cepat saat transfusi darurat diperlukan.
Acara pemeriksaan bersama Bali Hash House Harriers 2 berlangsung pada 12 Juli 2025 di Titi Garden, Sangeh, dan 19 Juli 2025 di Desa Pakraman Belayu, Marga, dengan sesi berikutnya dijadwalkan pada 2 Agustus 2025.
Acara ini disambut dengan antusiasme besar dari anggota komunitas yang menunjukkan minat kuat untuk mendukung tujuan ini dan berkontribusi pada daftar kontak pendonor Rh-negatif.
BIMC Hospital Kuta berharap dapat menjangkau dan melibatkan lebih banyak komunitas ekspatriat di Bali untuk mendukung inisiatif penyelamatan nyawa ini.