Surya Dewata – Penyakit tular vektor hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian tinggi dan berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) ataupun wabah. Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia baik secara mekanis maupun secara biologis. Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang penting dan sering kali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian (Permenkes RI, No. 50 Tahun 2017). Nyamuk merupakan binatang yang hidup berdampingan dengan manusia dan dapat berperan sebagai vektor penyakit.
Indonesia merupakan negara tropis yang menduduki puncak negara yang berisiko terhadap penyakit menular vektor nyamuk. Setiap tahun di Indonesia masih terjadi kasus penderita penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Zika, dan Chikungunya. Penyakit DBD merupakan penyakit tular vektor di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia penyakit ini pertama kali ditemukan dan dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968 dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Kemudian jumlah kasus terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD dimana pada tahun 2011 penyakit ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi dan 400 Kabupaten/Kota).
Sampai Juni 2022 kasus DBD dilaporkan sebanyak 45.387 dengan kematian sebayak 162 kasus. Sedangkan Indonesia sendiri pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit chikungunya pada saat pertama kali dilaporkan pada tahun 1973 di Samarinda, Kalimantan Timur dan Jakarta. Sejak pertama kali ditemukan hingga 2010, penyakit chikungunya sudah menyebar di 21 provinsi. KLB Chikungunya sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan dan penyakit ini lebih sering terjadi di daerah sub urban. Pada tahun 2019, penyakit chikungunya dilaporkan sebanyak 5.043 kasus dengan provinsi terbanyak yaitu Jawa Barat, Lampung, dan Gorontalo.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis karena terletak di garis khatulistiwa, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat memasuki musim penghujan di setiap tahunnya, Palang Merah Indonesia (PMI) selalu memberikan arahan kepada PMI di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan aksi kesiapsiagaan Penyakit Tular Vektor seperti DBD dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk dapat melakukan tindakan preventif, seperti promosi kesehatan dengan metode kunjungan rumah maupun sesi berkelompok.
PMI telah memiliki panduan dan tools Pengendalian Kejadian KLB yang didalamnya termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan oleh Vektor. Selama melakukan giat promosi kesehatan, PMI menggunakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sebagai alat bantu dalam penyampaian pesan kunci terkait Penyakit Tular Vektor. Melalui program Community Pandemic Preparedness Program (CP3), media KIE penyakit tular vektor yang telah dikembangkan oleh PMI yaitu terkait penyakit DBD dan malaria. Dikarenakan masih minimnya media KIE Penyakit Tular Vektor yang dimiliki PMI, maka dilaksanakan kegiatan Workshop adaptasi Panduan Pengendalian Zika, DBD, dan Chikungunya untuk memutakhirkan panduan dan tools sebagai alat bantu staf dan relawan dalam bekerja bersama di masyarakat dalam pencegahan penyakit berpotensi KLB.
Kegiatan Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikunguya dilaksanakan pada tanggal 20-24 September 2022 bertempat di B Hotel, Jl. Imam Bonjol Denpasar. Kegiatan melibatkan partisipasi dari PMI Pusat, PMI Provinsi Jambi, PMI Provinsi Bali, PMI Kota Bogor, PMI Kabupaten Tabanan, PMI Kabupaten Pandeglang dan PMI Kabupaten Boyolali dengan total 25 orang peserta.
Ibu Dewi Arriyani selaku Koordinator kegiatan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua perwakilan peserta yang hadir dan berharap tujuan dilaksanakan kegiatan antara lain untuk melakukan pemutakhiran perangkat penyakit tular vector khususnya Dengue, Chikungunya dan Zika dari adaptasi pedoman pengendalian Zika, DBD, dan Chikungunya IFRC dan harmonisasi pesan dengan panduan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dapat tercapai. “Selain itu tersusunnya draft pengembangan Media KIE pengendalian penyakit zika, DBD, dan Chikungunya serta pelaksanaan Review evaluasi efektifitas pelaksanaan Pelatihan Pengendalian KLB-Surveilans Berbasis Masyarakat (SatuSBM)” imbuhnya dalam sambutan yang disampaikan dalam acara pembukaan.
Sekretaris Pengurus PMI Provinsi Bali Bapak IGM Arya Wisnu Mataram menyampaikan ucapan terima kasih dan kepercayaan PMI Pusat menjadikan PMI sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan. “Harapannya semoga kegiatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dilaksanakannya kegiatan” imbuhnya sebelum membuka secara resmi Kegiatan Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikungunya.