SuryaDewata – Ubud, Kaget banget ketika melintas di wilayah Tegalalang, Ubud, persisnya di Jl. Cinta, deket resor besar model lumbung yang belum dibaptis. Pasalnya, ada warung kecil yang memapang banner di pinggir jalan, yang mana harganya berkisar antara 4k hingga 15k saja.
Penasaran, kamipun melipir memasuki area parkirnya yang muat sekitar 15 motor. Rak pajangannya seolah kosong kecuali ada beberapa mie instant di dalamnya. Dibawah pajangan tersebut ada tanda bertuliskan ‘buka’ yang turut menguatkan hasrat untuk mampir.
Gadis remaja yang sedang bertugas, ditemani seorang ibu paruh baya, dengan ramah menyambut kami. “Ini menunya, pak,” sambutnya.
Menu yang disodorkan persis sama dengan banner di depan tadi. “Nasi Bakar dan Nasi Gorengnya belum siap ya pak,” ungkapnya penuh antisipasi. Kamipun memesan Tipat Cantok dan Mie Kuah. Kemudian, keduanya kami larutkan dengan Es Teh manis.
Seating area D’Uma Warung ada di belakang. Disini ada beberapa meja dengan tema berbeda. Ada yang berbentuk Cabana, dimana atapnya model kerucut dengan dinding anyaman ranting pohon; ada yang berbentuk payung kolam; ada juga model pondok tempat singgah petani sawah; dan, yang terakhir, meja paling ujung, model lesehan.
Seluruh meja – meja tersebut memiliki akses penuh ke view hamparan sawah. Suasananya adem dan tenang. Memang ada beberapa kendaraan yang lewat di depan warung tapi tidak terlalu mengusik suasana. Resor besar yang ada di sebelah kanan juga cukup jauh.
Wayan Pande selaku pemilik mengakui jika view sawahnya menjadi andalan D’Uma Warung. “Bule – bule (turis asing) yang lewat sini sering mampir untuk sekalian selfie,” bangganya.
Saat kami makan disini, Jumat (24/6), suhu udara ada dikisaran 28°C. Tapi, cuaca mendung dan semilir angin membuatnya seolah dibawah 25°C. Kombinasi suhu segar dan pemandangan nan indah membuat kami hampir tertidur.
Diluar faktor diatas, ada dua hal yang menarik perhatian kami: pertama, pindekan (baling – baling bambu) dan ranggon (pondokan kecil tempat berteduh) yang membuat kesan pedesaan kian kental. Lantunan pindekan bambu sangat mencirikan kehidupan petanibyang jauh dari pengaruh globalisasi. Terpajang pula belasan lukisan di dalam Ranggon tersebut. Pelukisnya adalah pemilik sawah sekaligus D’Uma Warung ini.
Lantas apa saja menu yang ditawarkan? Variasinya tidaklah banyak. Ada tipat cantok, mie kuah, mie goreng dan Kebab yang masing – masing dipatok 7k. Nasi bakar 8k, Burger 10k, nasi goreng 12k dan Burger kentang 15k. Dari balik meja bar mereka menawarkan es pudding susu, leci dan melon Squash masing – masing 5k; es teh 4k dan es cappuccino 6k.
Apa yang ditawarkan D’Uma Warung pastinya akan membuat banyak orang dilematis, mau menu mewah atau pemandangan sawah nan indah. Intinya, makanan boleh merakyat, tapi suasana dan pemandangan harus memikat.[SWN]