Badung – Surya Dewata
Turunya harga babi sekarang ini terjadi koreksi daei harga 60 ribu dsn swkarang turun menjadi 55 ribu per kilo gram babi hidup di kandang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia, I Ketut Hari Suyasa di kediamanya desa Penarungan, kwcamatan Abiansemal, kabupaten Badung, hari Sabtu 21/12/2024.
Lanjutnya, penyebab dari turunya harga babi bukan karena oermintaan yang lesu akan tetapi ini murni diakibatkan kepanikan masyarakat peternak terhadap isu – isu yang dikembangkan pasca oertemuan Jagal Babi Bali dengan pemerintah.
Isu inilah yang digunakan swbagai cara menekan harga jual daging babi di masyarakat, akhirnya mwnimbukkan keoanikan di tingkat masyarakat peternak.
Penenetu kenaikan dan oenurunan harga di Bali tidak serta nerta murni dari penawaran. Dari sisi ekonomi ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Karena pelaku bisnis babi di Bali sangat banyak maka yang menentukan kenaikan dan menurunya harga adalah psikologi Pasar, ini yang sangat menentukan harga babi.
Serapan babi untuk daerah luar baik Sulaweai, Jakarta, Kalimantan begitu masiv kenapa harga babi turun. Psikologi pasar inilah yang harus dijaga swhingga harga pasar babi bisa stabil.
Saya sangat menyayangkan pemerintah kurang peduli atau kurang peka melihatbaituaai ini. Haeusnya pemerintah belajar dari situasi sebelum – sebelumnya.
Begitu banyaknya masyarakat mengganrungkan harapan di peternakan babi yang sangat rengan ferhadap isu tidak ter maintenance dengan baik oleh pemerintah.
Kalau pemerintah ingin serius mengembangkan ternak babi menjadi baramerer di Bali seharusnya proteksi terhadap kenyamanan peternak kita sehingga tidak rentan terhadap isu.
Disamping itu kita juga akan membantu menjembatani usaha – usaha di luar peternak babi agar tetap eksis.
” Saya sangat paham masyarakat konsumen banyak mengeluh naiknya harga babi tetaoi harga babi bukan peternak yang membentuk tetapi dibentuk oleh pasar yang ada di luar Bali , ” tegas Hari Suyasa.