SuryaDewata, Bangli – Bali yang mayoritas warganya bergantung dari sektor pariwisata menawarkan peluang berkarir tanpa batas. Namun, ada satu faktor yang harus terpenuhi untuk bisa memulainya dengan mulus, yaitu penguasaan bahasa Inggris. Faktor tersebut disambut baik oleh sekelompok hotelier senior yang sudah hatam dibidang ini. Alih – alih membangun sekolah perhotelan yang kian marak, mereka memilih terjun di bidang pelatihan bahasa Inggris. Akhirnya, setelah tertunda sejak 2020, mereka meresmikan kampusnya dibawah bendera Vinicia English Course, beralamat di Jalan Merdeka, Bangli, Rabu (27/4).
Kampusnya memang kecil, namun proses terbentuknya lembaga ini dilatarbelakangi pemikiran yang sangat besar.
Mereka sudah mengamati sejak lama jika banyak calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) gagal pada sesi wawancara pertama. Kegagalan prematur di dunia kerja ini berimabas pada kandasnya banyak mimpi. Pertama, jelas mimpi si calon PMI itu sendiri; kemudian, mimpi keluarga yang kebelet menginginkan putra putrinya segera memasuki dunia kerja; yang terakhir, mimpi negara meraih devisa juga turut kandas.
Butterfly effect tersebutlah yang memicu pemikiran kreatif mereka untuk melakukan sesuatu. Fokusnya yaitu bagaimana mimpi – mimpi tersebut bisa terwujud.
Misi meminimalisir kegagalan meraih mimpi ini kemudian tertuang dalam slogan “Kami Titipkan Mimpi Kami Pada Anak Didik Kami Untuk Diwujudkan”
Slogan tersebut sekaligus sebagai isyarat jika mereka tidak mungkin mewujudkan sendiri mimpi itu, mengingat usia sudah tidak lagi muda. Bagi mereka, inilah waktunya putra putri calon PMI setempat untuk meraih mimpinya. Para mentor di Vinicia English Course mengambil peran sebagai penyokong terwujudnya cita – cita (mimpi) mereka. “Keberhasilan anak didik di Vinicia English Course merupakan wujud nyata mimpi kami,” cetus Kade.
Yang membuat Vinicia English Course tampil beda yaitu teknis pembelajaran yang diterapkan di kelas. “Kami sadari Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu sehingga perlu menerapkan metode fun, practical dan encouraging, untuk bisa menguasai English for Specific Purpose dalam kurun waktu yang relatif singkat,” tambahnya.
Jika merujuk pada sosok yang turut ambil bagian di Vinicia English Course maka masyarakat layak menaruh harapan di pundaknya.
Ibaratnya, mereka adalah generasi kolonial yang berjiwa milenial, dengan kemampuan dan latar belakang yang saling melengkapi satu sama lainnya. Ada Drh. Wayan Sutapa, Ms.i. yang berpengalaman di birokrasi dan Ni Made Budiani, SH, M.Kn, yang berprofesi sebagai notaris. Tokoh lainnya merupakan hotelier kawakan, meliputi Wayan Suarma, S.Ag, AWP, Ketut Sugiarta,SE,MM dan Kade Lasiadi, CHA.
Keunggulan lain Vinicia English Course yakni penambahan soft skill sebagai pelengkap untuk mengasah social skill. Keahlian ini dibutuhkan bagi peserta sebagai calon PMI yang akan berbaur dengan berbagai bangsa pada lingkungan kerja multi-kultur di Kapal Pesiar. Membangun pribadi unggul dan meningkatkan daya saing global sehingga peserta memiliki kesetaraan akses untuk bisa bekerja di kancah internasional.
Grand Opening Vinicia English Course dihadiri oleh Pulasari, S,Sos, KADIS Perijinan Kabupaten Bangli. Terlihat pula beberapa calon peserta yang turut berbaur memeriahkan acara.
Tapi satu hal yang perlu disayangkan bahwa Vinicia English Course hanya ada di Bangli untuk saat ini. Bagaimana nasib calon PMI di daerah lain?[PR, Kade-SWN]