HKTI Bali Ajak Petani Tabanan Buat Desa Durian

Tabanan – Surya Dewata

Agrobisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir” mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).

Organisasi besar yang populer menaunginya adalah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Ini merupakan organisasi sosial di Indonesia yang berskala nasional.

HKTI berdiri sendiri dan mandiri yang dikembangkan berdasarkan kesamaan aktivitas, profesi, dan fungsi di dalam bidang agrikultur dan pengembangan pedesaan, sehingga memiliki karakter profesional dan persaudaraan. 

Menghadiri acara ketua HKTI Provinsi Bali I Made Edi Wirawan, Christina P. Tobing selaku Sekretaris I HKTI Provinsi Bali di markas Kelompok Tani Merta Harum, Desa Mundeh Kangin, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan.

Ketua HKTI Provinsi Bali yang juga merupakan Wakil Bupati Tabanan menerangkan bila saja 133 Desa yang ada di Tabanan memprioritaskan kepada Agribisnis niscaya akan ada kesejahteraan bagi penduduk Tabanan. Statement itu tentu tidak muluk-muluk karena kebutuhan terpenting manusia adalah makanan.

” Saya hadir disini ingin mengajak para petani untuk semangat dalam bertani, salah satunya adalah budidaya durian, ” ujar Made Edi, Selasa (01/04/ 2023).

Ia juga menerangkan keinginan dirinya untuk fokus pada 2 desa yakni Desa Mundeh Kangin dan Desa Belimbing untuk fokus menggarap perkebunan durian.

” Kita akan buat Desa Durian atau Kampung Durian, dimana melihat potensi 2 desa ini yang terbanyak adalah buah durian “

Fasilitas yang masih kendala menurut pengamatan ketua HKTI ini adalah, gapura sebagai penunjuk tanda wilayah kampung durian, gudang untuk menampung hasil panen serta pemasaran.

” Dalam penanganan pemeliharaan sampai panen pihak dewan pakar HKTI senantiasa siap mendampingi, ” ujarnya.

Bahkan dirinya siap untuk mengedukasi permasalahan tentang kualitas kontrol yang selama ini dibeli pengepul dengan harga sama antara kualitas baik dan standard.

Tentang keperluan lainnya seperti pupuk organik dirinya berjanji dengan regulasi yang ada, ia akan mendorong juga melalui Pemerintahan Kabupaten Tabanan lalu Pemerintahan Provinsi Bali untuk penyediaan alat pencacah untuk keperluan pupuk organik.

” Saya juga di Pemerintahan Tabanan sebagai Wakil Bupati dan juga akan kita teruskan juga kepada pak Koster (Gubernur Provinsi Bali), karena Pak Koster juga konsen (fokus) untuk hal ini juga (ketahanan pangan), ” sebutnya.

Untuk Pariwisata sendiri dirinya menerangkan bahwa dengan menjalankan Swadharma dari Pertanian dan mengangkat potensi dari pertanian ini dalam arti luas tentu bonusnya adalah Pariwisata, seperti yang akan diciptakannya ini yakni Kampung Durian.

Menemui I Gede Yudha Artama selaku Perbekel Desa Mundeh Kangin, dalam wawancara singkatnya mengatakan permasalahan dalam budidaya durian ini adalah di cuaca, karena daerah ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Untuk luasan lahan yang akan menjadi kampung durian adalah seluruh wilayah Desa Mundeh Kangin dengan luas 1047 ha. Kemudian dari 2 kelompok durian yg ada di Desa mundeh kangin baru 121 ha yang sudah terdata.

” Cuaca yang ekstrim biasanya pohon tidak bisa menghasilkan buah yang maksimal “

Ia juga berharap kedatangan dari tim HKTI dalam pembenahan tanah, perbaikan lahan, edukasi, pupuk dan bibit bisa mendapatkan solusi dalam menciptakan buah yang berkualitas.

Berlanjut ke Perbekel Belimbing yang juga hadir, Nyoman Surianto juga mengatakan siap untuk menyambut program baru dalam membangun Kampung Durian ini.

” Kearifan lokal kita disini adalah buah manggis dan durian. Ada durian kunyit, durian galeng dan durian tanpa biji (durian boneng), ” ujarnya.

Agung yang merupakan tokoh pertanian dan agrowisata yang dibawa oleh ketua HKTI ini diperkenalkan untuk memaksimalkan soal pemasaran buahnya.

Ia menyebutkan kualitas premium pada pasar lokal masih sangat kecil, ini merupakan potensi yang bisa digarap secara profesional.

Dalam sambutannya ia juga menerangkan bahwa untuk pemasaran lokal saja masih membutuhkan 5 ton per-minggunya.

” Indonesia untuk buah import terutama durian itu masih mengimport ratusan ton tiap tahunnya, peluang kita masih ijo royo royo “

*Semboyan ijo royo-royo mengandung arti bahwa sektor pertanian tumbuh subur dengan berbagai macam tanaman yang pada akhirnya membuat para petani makmur.

Ia juga menerangkan untuk penjualan di Jabodetabek, Bandung, Surabaya bahkan Medan masih memerlukan kuota tinggi.

” Bahkan permintaan pasar masih 5 ton perminggunya, asal manis, kualitasnya masuk. Harga musangkin dipasaran Rp200 – 350 ribu dipasaran, ” jelasnya. (Ray)

Related Posts