SuryaDewata, Denpasar – Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Denpasar,
Dra. Cokorde Istri Mirah Kusuma Widiawati, M.Sos., yang akrab disapa Ibu Cok, menjelaskan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang dimulai tanggal 1 April dilaksanakan dengan mengikuti Protokol Kesehatan (Prokes) yang ketat disertai Peduli Lindungi.
“Kami di sekolah berusaha menjaga lingkungan yang benar – benar kondusif, bisa memberikan rasa aman bagi siswa dan orang tua siswa agar proses belajar mengajar lancar, baik siswa, guru, serta staf sekolah. Hampir setiap ruangan di depan pintu ada hand sanitizer, depan kelas juga sudah disiapkan wastafel untuk cuci tangan,” jelasnya hari Selasa (05/04/22) di ruang kerjanya.
Antisipasi merebaknya penyakit Demam Berdarah (DB) dilakukan fogging di lingkungan sekolah setiap hari pukul 5 pagi, dilaksanakan mandiri karena peralatan fogging lengkap disiapkan di sekolah, juga dengan penyemprotan disinfektan di semua ruangan sekolah.
“Sekarang ini dalam pembelajaran siswa kelas 10 dan 11 dibagi dalam dua shift, sedang kelas 12 masih libur sehabis ujian,” ucapnya.
Ibu Cok juga menjelaskan pembelajaran jarak jauh atau online kemarin berjalan dengan baik karena kurikulum sudah disiapkan pemerintah, cuma kendalanya di kuota internet jadi strata ekonomi orang tua tidak sama, ada siswa yang kurang mampu.
Pembelajaran secara daring mata pelajarannya sama atau tidak ada dikurangi, per harinya ada 9 sampai 10 mata pelajaran. Waktunya masing – masing dua jam, kamera harus On itu memakai kuota internet cukup banyak karena ada visual kelihatan semua baik guru maupun siswa.
Kendalanya kalau siswa tidak punya kuota mereka hanya mendengarkan suara saja tanpa visual atau gambar, jadi kita tidak tahu kondisi siswa. Bisa saja sambil tidur makanya setiap diminta laporan belajar siswa banyak alasan seperti tidak punya kuota.
Itu salah satu kendala siswa dalam belajar secara daring karena membutuhkan kuota internet yang cukup besar. Karena tidak punya kuota membuat anak malas belajar.
Masalah kurikulum disediakan dari pemerintah pusat seperti pandemi kemarin. Ada kurikulumnya, bahkan nanti tahun 2024 pemerintah sudah menyiapkan kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum mengikuti kondisi yang ada sehingga proses belajar berjalan dengan baik.
“Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan dibagi dua shift disertai prokes ketat untuk semua sekolah itu sudah bagus sekali, perlahan namun pasti proses belajar bisa seperti dulu lagi,” harapnya.
Ketika ditanyakan soal kualitas lulusan siswa dimasa pandemi Ibu Cok mengatakan, patokannya ada pada persaingan di Perguruan Tinggi. Penerimaan siswa di Perguruan Tinggi masih seperti sebelum covid. Jadi proses pembelajaran daring tidak memberikan pengaruh kualitas lulusan siswa yang signifikan.
“Dari sisi kemanusiaan kami juga berusaha membantu siswa yang kurang mampu, misalnya bagi mereka yang mau berhenti sekolah karena faktor ekonomi dan orang tua yang terpuruk. Kami berusaha membantu siswa agar jangan sampai berhenti di tengah jalan dan siswa bisa menamatkan sekolahnya,” imbuh Dra. Cokorde Istri Mirah Kusuma Widiawati, M.Sos.[FWD-SWN]