Singaraja, suryadewata.com
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali audiensi dengan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) di Kampus Undiksha, Singaraja pada Kamis (27/1/2022).
Pertemuan ini membahas tentang kolaborasi dan Kerjasama dalam penanganan Stunting di Provinsi Bali.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, didampingi Sub Koordinator Bina Ketahanan Remaja, Made Billy Udiana Sudibia, Sub Koorinator Advokasi dan KIE, Putu Eka Aristyani, dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB-PPPA) Kabupaten Buleleng Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan, S.E
Kepala Perwakilan BKKBN Bali yang akrab disapa dr. Luh De menjelaskan, pencegahan stunting harus mulai dari hulu, yaitu dari remaja, Calon Pengantin (Catin), pasangan suami istri, ibu hamil, ibu pasca melahirkan dan balita 0-59 bulan.
Dalam realisasinya diperlukan dukungan dari berbagai lintas sector dan pihak terkait lainnya, salah satunya perguruan tinggi. Atas dasar itu pihaknya ingin berkolaborasi dengan Undiksha.
“Kehadiran kami ke Undiksha adalah untuk bekerjasama dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan kedepan Undiksha bisa menjadi contoh atau tauladan untuk pencegahan stunting,” jelasnya.
Dalam kolaborasi ini, diharapkan dapat membuat suatu program terkait 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) untuk bersama-sama bisa mencegah dan mengurangi angka stunting di Provinsi Bali pada umumnya dan Kabupaten Buleleng khususnya.
“Kita inginkan ada implementasi program di 1000 HPK, karena disitu yang menentukan balita itu akan stunting apa tidak karena kita mulai dari inkubasi mulai dari kehamilan sampai melahirkan dan anaknya berumur 2 tahun, dan itulah yang harus kita fokuskan,” katanya.
dr. Luh De juha mengatakan Presiden Jokowi menargetkan angka stunting di tahun 2024 menjadi 14% secara nasional, sementara menurut Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), angka nasional di tahun 2021 adalah 24,4%.
Provinsi Bali sendiri menduduki peringkat pertama untuk angka stunting terendah di Indonesia, yaitu 10,9%.
“Walaupun bali sudah mencapai target, tapi kita tidak boleh lengah. Bapak Gubernur berharap di Bali bisa “Zero Stunting. Menurut data pun, masih ada 4 kabupaten yang angka stuntingnya di atas rata-rata, bahkan kabupaten Karangasem masih 22,9%” tegasnya
Menurut Ketua LPPM Undiksha, Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, keterlibatan perguruan tinggi sangat penting dalam menurunkan angka kasus stunting melalui langkah-langkah edukatif. Apalagi, sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat, LPPM Undiksha bisa mendukung melalui berbagai kegiatan.
“Jadi bisa melalui KKN tematik, dengan keluarga asuh yang kita berdayakan kemudian melalui kegiatan-kegiatan research untuk bagaimana mendata dan memetakan masalah stunting, apa permasalahan yang ada ataupun juga melalui kegiatan pengabdian masyarakat melalui desa binaan yang kita akan fokus melibatkan berbagai pihak untuk bersama-sama mengatasi masalah stunting,” ungkapnya.
Untuk bisa mewujudkan Generasi Emas Indonesia yang menjadi harapan semua pihak, tentu harus ada sinergitas dan kebersamaan di dalamnya.
“Masalah ini tidak bisa kita kerjakan sendiri, kita harus bisa bersama-sama, masing-masing punya tupoksi, tentu harus di sinergikan, dengan bersinergi, kebersamaan, saya yakin semua akan bisa ditanggulangi,” sambungnya.
Pada audiensi ini, ia didampingi Sekretaris LPPM Dr. I Made Sugiarta, M.Si, Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat Dr. I Wayan Mudana, M.Si, dan Sekretaris Pusat Pengabdian Masyarakat Putu Indah Rahmawati, M. Bis., Ph.D.