Denpasar – Surya Dewata
Kepala SMA Negeri 5 Denpasar, Dra. Cok Istri Mirah Kusuma Widiawati, M.Sos sangat menyayangkan fenomena kasus Bullying atau Perundungan di kalangan siswa pelajar.
Kasus ini pada umumnya sering meresahkan orang tua, masyarakat maupun para guru pendidik di sekolah.
Dalam kasus ini bagi korban Bullying atau Perundungan biasanya merasakan mendapat tekanan mental lantaran sering disiksa.
“Pelaku Bullying atau Perundungan biasanya sering berkelompok dengan membentuk sebuah Geng,” ucapnya, Sabtu (14/10).
Cok Widiawati menyampaikan dalam menangani kasus Bullying atau Perundungan untuk SMAN 5 Denpasar sendiri terus melibatkan peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam melakukan pembinaan.
“Jika ada para siswa yang melakukan Bullying atau Perundungan akan langsung melakukan pembinaan, dan bukan untuk dimarahi tapi melalui pendekatan,” terangnya.
Dijelaskan, munculnya kasus Bullying atau Perundungan, pelaku tersebut tentu punya alasan atau mungkin karena siswa tersebut ingin merasa dikenal oleh siswa lainya. Intinya untuk bisa mendapatkan pengakuan ‘superioritas’ diri.
Karena masih berstatus siswa, dan kasus Bullying atau Perundungan bisa saja terjadi dikalangan siswa. Pastinya pihak sekolah akan terus melibatkan peran dari pada guru BK dalam melakukan pembinaan.
Selain peran guru BK disekolah, peran orang tua dan masyarakat juga sangat diharapkan untuk bisa ikut memberikan pendidikan yang baik.
“Kalau semua sudah saling bersinergis, maka kasus Bullying atau Perundungan bisa ditangani dengan baik, sebab pelaku semata-mata hanya ingin mendapatkan pengakuan ‘superioritas’ diri,” jelasnya.
Sembari menambahkan, agar tidak ada lagi yang namanya kasus Bullying atau Perundungan di sekolah dengan dibuatkan pendidikan “human character building”, (membangun karakter diri) sejak dini dan menanamkan kejujuran pada diri seseorang, ketimbang dijejali ‘Sains’.
Misalnya dibuatkan WAG (WhatsApp Group) yang anggotanya civitas akademika sekolah setempat yang sudah dilakukan oleh SMAN 5 Denpasar yang bertujuan untuk terus bisa menjalin komunikasi kepada para siswa.
Terkait hal ini juga menyarankan supaya
kedepannya pemerintah menyediakan tenaga psikolog/psikiater di sekolah-sekolah, selain ada guru BK.
Karena peran guru BK kalau terus menghadapi kenakalan siswa, persolan kejiwaan siswa seakan peran guru BK bertambah sulit, tanpa ada peran dari tenaga psikolog/psikiater ini. SUS