Rasa Skeptis Masyarakat kepada Pemimpin

Oleh Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.
Dosen Dwijendra University

Denpasar – Surya Dewata

Genderang perhelatan politik tahun 2024 sudah ditabuh. Partai sudah mengelus-elus jagoannya untuk memenangkan perhelatan tersebut.

Partai politik sudah melakukan pendekatan dan sudah membentuk koalisi sebagai strategi untuk memenangkan pertarungan.

Di daerah, sudah tampak caleg mendaftarkan diri ke KPU. Mereka diiringi oleh partisipan. Dengan langkah pasti dan berharap hasrat politiknya tercapai untuk menjadi perwakilan masyarakat.

Politik itu dinamis dan ada yang mengatakan politik itu kotor. Kawan bisa menjadi lawan dan sebaliknya lawan menjadi kawan. Apapun bisa terjadi yang terpenting hasrat politik tercapai.

Calon kepala daerah dan calon legislatif mulai menebar senyum dan bersifat ramah. Mereka menyerap aspirasi masyarakat tetapi apakah setelah mereka terpilih aspirasi masyarakat akan dilaksanakan?.

Setelah duduk di kursi jabatan, banyak kepala daerah dan anggota legislatif yang lupa ingatan akan janji-janji manis mereka saat bersafari politik.

Para caleg, sudah bergerilya menjanjikan bantuan dan cair sebelum perhelatan politik 2024 dimulai. Masyarakat menuntut itu untuk menghindari para caleg mengalami amnesia.

Investasi awal untuk menjadi caleg tidak kecil. Logika berpikir sederhana saja. Orang yang melakukan investasi dengan harapan modal investasinya kembali dan mereka mendapat keuntungan.

Inilah yang menyebabkan celah korupsi sangat besar. Pengabdian yang tulus jarang ditemui.
Kasus pemimpin dan anggota dewan ingkar janji pada janji-janjinya banyak ditemukan.

Kasus menghebohkan terjadi di Lampung karena aduan tentang jalan-jalan di Lampung banyak berlubang dan rusak parah. Dengan kasus ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berencana memanggil Gubernur Lampung Arinal Djunaidi.

Lembaga anti suap berencana menggali informasi terkait dugaan penyalahgunaan wewenang terkait proyek infrastruktur di Lampung. Ini bentuk pengingkaran terhadap janji yang diumbar jelang pemilihan kepala daerah.

Masyarakat mengharapkan seorang pemimpin yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Apa basis ekonomi di suatu daerah, itu yang dicarikan pasar sehingga hasil produk pertanian dalam arti luas, kerajinan, UMKM punya pangsa pasar yang jelas.

Selama ini siapapun yang memimpin, kesejahteraan petani, pengrajin dan pelaku UMKM tidak ada perubahan. Harapan mereka untuk meningkatkan kesejahteraannya sirna dan akan terus sirna.

Ketika musim panen tiba, petani banyak menanggung kerugian karena harga hasil panen tidak menggembirakan. Ini terus terjadi. Wajarlah jika masyarakat beranggapan siapapun pemimpinnya, kehidupan mereka tetap biasa-biasa saja.

Masyarakat menjadi skeptis.
Rasa skeptis mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemimpinnya. Apabila kepercayaan masyarakat sudah tidak ada, sulit bagi pemimpin untuk menjalankan program-programnya.

Hal ini mengakibatkan masyarakat bertindak pragmatis pada saat pencoblosan. No money, no vote. Demokrasi akan runtuh. Korupsi akan menggurita di segala sektor.

Pemimpin daerah banyak tersandung korupsi. Mengapa korupsi dilakukan karena mereka telah melakukan investasi di awal dan mereka berharap biaya investasinya didapatkan bahkan melebihi biaya investasi awal.

Hal ini akan terwariskan kepada generasi muda. Dapat dibayangkan bagaimana nantinya tatanan pemerintahan berikutnya.

Apa betul caleg-caleg muda mempunyai tujuan membangun daerah dengan penuh pengabdian? Jawaban nya wait and see pada 2024.

Related Posts