Kembangkan DTW Jatiluwih Kampus PIB Laksanakan Pelatihan UMKM

Tabanan – Surya Dewata

Politeknik Internasional Bali (PIB) merupakan kampus Tourim-preneur pertama di Indonesia. Program studi unggulan yang ditawarkan meliputi: Culinary Arts (A.Md.Par), Hotel Management (S.Tr.Par), dan Event Management (S.Tr.Par).

Dalam rangka pengabdian masyarakat kampus PIB melaksanakan kegiatan pelatihan pengembangn produk UMKM guna menunjang Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih bisa meningkatkan kunjungan wisatawan,
Rabu 11/01/2023

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) kampus PIB,
Dinar Sukma Pramesti menjelaskan bahwa PIB merupakan kampus ajademisi memiliki kewajiban melakukan pengabdian kepada masyarakat dimana PIB folus oada pengabdian desa wisata.

Tahun ini memilih desa wisata Jatiluwih melibatkan 3 program studi ada seni kuliner, management perhotelan dan event.

Lanjut Dinar, kita dahulukan seni kuliner pengembangan UMKM, produk khas potensi masyarakat desa Jatiluwih bisa menjadi oleh – oleh.

Wisatawan tidak hanya datang ke Jatiluwih hanya untuk berwisata tetapi juga seteha pulang ada sesuatu dibawa pulang ke negaranya.

Salah satu yang bisa dikembangkan adalah teh beras merah di kembangkan menjadi teh celup agar lebih mudah dibawa dan lebih modern. Dari ampas teh juga akan dikembangkan menjasi produk camilan (Snack).

Setelah pelatihan ini baru akan dilanjutkan dengan pengolahan produk Kopi yang memiliki nama produk Kopi Celepuk Jatiluwih serta produk oelh – oleh lain seperti lulur dan pelatihan untuk home stay.

Di samping itu juga ada pelatihan pembukuan laba rugi sebagai manajemen keuangan bagi ibu – ibu di UMKM agar dalam berusaha bisa berhitung.

Dari sisi pemasaran juga akan dilaksanakan oelatihan digital marketing tidak hanya melibatkan UMKM tetapi juga produk lain dengan membuat pamplep juga sosial media.

” Sejauh ini request dari masyarakat baru sebatas beras merah dan kopi saja ,” imbuh Dinar.

Perbekel desa Jatiluwih,
I Nengah Kartika S.Sos. dalam sambutannya mengatakan sangat mengapresiasi pelatihan dan pengembangan produk UMKM yang dilaksanakan PIB

Kepada ibu – ibu peserta pelatihan tidak akan rugi mengikuti pelatihan ini dan dilanjutkan di masing – masing rumah.

” Kita ingin masyarakat yang mempunyai kemampuan lebih jangan terpaku dengan kegiatan di rumah tangga saja. Bahan makanan bisa di olah menjadi makanan olahan yang memiliki nilai lebih tinggi ,” ucapnya.

” Kami berharap pelatihan dari PIB sampai tuntas, jangan hanya sekali datang ke desa Jatiluwih ,” imbuhnya

Sementara I Made Mendra Astawa selaku ketua Forum Pariwisata Bali yang dibentuk oleh pemerintah sebagai pendampingan penguatan desa wisata yang ada di Bali khususnya desa yang memiliki SK Desa Wisata.

Kita sadari setiap desa memiliki potensi desa wisata, sebelum pandemi jumlahnya 177 desa tetapi setelah pandemi jumlahnya meningkat menjadi 238 desa.

Jatiluwih merupakan destinasi wisata yang sudah duluan dikunjungi wisatawan karena ada di desa dalam penguatannya dibentuklah Desa Wisata.
Jatiluwih terdiri dari 2 desa adat dan 7 banjar menyatu dalam sebuah kawasan untuk DTW.

” Sebenarnya akan kebih kuat menjadi Desa Wisata karena keterlibatan masyarakat didalam pariwisata itu sendiri. Jangan sampai di pariwisata itu sendiri masyarakat jangan hanya jadi penonton ,” ungkapnya

Terkait dengan pelatihan dari kampus PIB untuk UMKM dirinya dangat mendukung sekali karena ada penguatan dari pada ibu rumah tangga yaitu UMKM.

UMKM mengambil potensi yang ada, ditekankan pariwisata akan sulit berkembang karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), permodalan dan keterbatasan manjemen.

Untuk itu mencari partnership salah satunya media yang mewartakan desa wisata sehingga dikenal sampai ke tingkat internasional.

Tidak terlepas juga dengan akademisi seperti PIB, ada pengusaha, LSM salah satunya kami dari Forum Wisata ingin mbuat desa itu sejahtera dan negara oasti kuat.

” Kami berharap dwngan orogram pengabdian masyarakat lewat program Tri Darma Perguruan Tinggi ini penguatan UMKM akam mempunyai daya jual tinggi
Jika dijual dalam bentuk olahan nilainya akan lebih tinggi ,” tegasnya

Sekretaris Pengelola DTW Jatiluwih, Riana Rika Rona yang akrab disapa Bu Rika mengatakan dari awal koordinasi dengan PIB ingin mengembangkan produk unggulan desa Jatiluwih dalam wujud inivasi berupa olahan beras merah agat memiliki nilai lebih tinggi berupa teh beras merah.

Awalnya teh beras merah dalam kemasan biasa, sekarang agar di kemas lebih efisien dalam bentuk teh celup agar wisatawan lebih praktis dan lebih modern.

Begitu pula dengan produk olahan dari Talas bumbu Bali serta produk kopi. Sekarang yang belum jalan produk sayur Jepang menjadi produk olahan jenis lain.

” Kami ingin DTW Jatiluwih bersama UMKM yang ada di desa maju bersama dengan Kelompok Bersama Warung Cerdas,” jelas Rika

Related Posts