Denpasar, SuryaDewata
Ujian promosi Doktor Universitas Udayana (Unud) yang berlangsung di ruang Prof dr I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Jum’at (07/01), berhasil dilalui dr Nyoman Suryawati M.Kes, Sp.KK, FINSDV, dengan predikat sangat memuaskan.
Nyoman Suryawati berhasil meraih gelar Doktor lulusan Unud ke-331 dengan penelitiannya menemukan ekstrak rimpang Kunyit sebagai obat anti radang pada kulit.
Dalam ujian tersebut, Nyoman Suryawati berhasil mempertahankan penelitiannya yang berjudul “Nanoemugel Pelembap Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Longa) Mengurangi Lesi Atopic Dermatitis-Like pada Model Mencit Melalui Thymic Stromal Lymphopoietin, Interleukin-13, dan Interleukin-17”.
Dermatitis atopik (DA) atau eksema atopik merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai di masyarakat.
Penyakit ini bersifat kambuh-kambuhan yang dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah psikologis lain, memPengaruhi kualitas hidup, serta masalah sosial dan ekonomi bagi penderita dan keluarganya.
Kerusakan sawar atau pelindung kulit berperan penting pada terjadinya DA, karena mempermudah masuknya bahan yang bersifat alergi maupun bahan iritan pada kulit.
Kerusakan sawar kulit dapat menyebabkan kehilangan air dari kulit atau trans-epidermal water loss (TEWL) dan dilepaskannya mediator radang seperti thymic stromal lymphopoietin (TSLP), interleukin (IL)-13
dan IL-17. Mediator radang ini akan menyebabkan perubahan histopatologi dan kelainan pada kulit.
Kerusakan sawar kulit dapat dikurangi dengan pemakaian pelembab, karena pelembab dapat meminimalkan TEWL. Saat ini banyak dikembangkan pelembab yang mengandung bahan anti radang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan herba mempunyai khasiat antiradang/antiinflamasi, salah satunya adalah Kunyit (Curcuma Longa).
Kunyit merupakan bahan alam yang umum digunakan di masyarakat, tidak hanya untuk bumbu dan pengawet makanan, tetapi juga digunakan dalam pengobatan tradisional di masyarakat seperti untuk luka, nyeri sendi, penyakit kardiovaskuler, hingga penyakit peradangan pada saraf. Kunyit merupakan bahan alam yang kayakandungan polifenol yaitu
curcumin.
“Salah satu kekurangan pemanfaatan kunyit adalah kelarutan curcumin yang buruk pada air, sehingga menyebabkan penyerapan yang buruk pada kulit,” papar Nyoman Suryawati.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, perlu dibuat suatu formulasi nanoemulgel. Sediaan nanoemulgel membuat ukuran partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan penetrasi zat aktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi nanoemulgel pelembap ekstrak rimpang kunyit 1% terhadap terjadinya DA pada model mencit yang dipapar bahan
kimia dinitrochlorobenzene (DNCB).
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental Post Test Only Control Group menggunakan hewan coba yaitu mencit BALB/c. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol yang diberikan gel dasar, dan kelompok perlakuan diberikan nanoemulgel ekstrak rimpang kunyit 1%.
Parameter yang dinilai adalah parameter laboratorium dan kerusakan sawar kulit. Parameter laboratorium yaitu kadar TSLP, IL-13, dan IL-17 dari jaringan kulit diukur dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Kerusakan sawar kulit dinilai dengan pemeriksaan histopatologi, pengukuran nilai TEWL, dan klinis dermatitis dengan menggunakan skor dermatitis. Hasil dianalisis statistik dengan uji komparasi.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan.
Temuan ini memperkuat peranan bahan anti radang pada pelembab terhadap kerusakan sawar kulit dan mengurangi lesi dermatitis melalui TSLP, IL-13, dan IL-17.
“Harapannya ke depan adalah ditemukan pelembab dengan kandungan anti radang dari bahan rimpang kunyit, yang setelah dari model hewan coba ini, dapat dikembangkan sebagai terapi suportif dalam penatalaksanaan DA,” harap Nyoman Suryawati.
Sumber: https://www.unud.ac.id/
aweose