Badung – Surya Fewaya
Perjalanan panjang penuh diplomasi akhirnya mencapai titik terang. Indonesia dan Uni Eropa resmi menandatangani kesepakatan substantif Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA), di Sofitel Bali, Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (23/09/2025)
Mengukir babak baru dalam sejarah hubungan ekonomi kedua pihak setelah melalui proses negosiasi yang berlangsung hampir satu dekade.
Momen bersejarah ini menjadi tindak lanjut dari pengumuman kesepakatan yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Belgia beberapa bulan lalu.
Penandatanganan ini tidak hanya sekadar urusan tarif dan kuota, tetapi lebih tentang membangun jembatan yang lebih kokoh untuk kesejahteraan bersama.
Dalam sebuah pernyataan pers bersama di Bali, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan apresiasi atas perjalanan panjang tersebut.
“Dari putaran pertama perundingan di Brussels pada tahun 2016 hingga hari ini di Bali, perjalanan sembilan tahun ini telah membawa kita pada sebuah tonggak bersejarah yang mencerminkan komitmen bersama kita terhadap kemitraan ekonomi yang terbuka, adil, dan berkelanjutan,” ujar Airlangga.
Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Uni Eropa, Maroš Šefčovič, turut menyampaikan rasa terima kasihnya.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Menteri Airlangga. Dedikasi pribadi, keterlibatan yang konstruktif, dan kepemimpinan politik yang kuat, merupakan kunci penting dalam membawa kita ke momen yang sungguh bersejarah ini,” kata Šefčovič, seraya memuji ketangguhan tim negosiasi Indonesia.
Lalu, apa arti kesepakatan ini bagi masyarakat Indonesia?
Inti dari IEU-CEPA adalah membuka pintu lebih lebar bagi produk-produk Indonesia ke pasar Uni Eropa yang sangat besar. Saat perjanjian ini berlaku, sebagian besar produk ekspor andalan Indonesia seperti kopi, tekstil, alas kaki, dan furnitur akan langsung menikmati tarif nol persen di pasar Eropa. Yang menggembirakan, komoditas strategis seperti minyak sawit juga mendapat akses yang lebih baik.
Tidak hanya produk tradisional, kesepakatan ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk berteknologi tinggi, seperti ponsel pintar dan peralatan telekomunikasi. Hal ini mendorong diversifikasi ekspor dan mengerek daya saing industri nasional di kancah global.
Dampak yang diharapkan sangat nyata. Ekspor Indonesia ke Uni Eropa diproyeksikan melonjak hingga 60% pada awal implementasi.
Peningkatan ini diperkirakan akan menyumbang tambahan pendapatan nasional sebesar 2,8 miliar dolar AS, menciptakan lapangan kerja baru, dan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan. Lebih dari lima juta tenaga kerja di sektor padat karya diperkirakan akan merasakan dampak positifnya.
Uni Eropa sendiri selama ini telah menjadi investor penting di Indonesia, dengan kontribusi di sektor-sektor strategis seperti kimia dan farmasi, jasa, serta industri makanan. IEU-CEPA akan memberikan kepastian regulasi yang lebih besar, mendorong alih teknologi, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global.
Tidak kalah menarik, IEU-CEPA juga mengakomodasi masa depan dengan memasukkan bab tentang perdagangan digital. Inovasi ini selaras dengan tren global dan memposisikan Indonesia untuk tumbuh lebih pesat dalam ekonomi digital di tingkat regional maupun global.
Dengan penandatanganan ini, dimulailah era baru kolaborasi antara dua kawasan yang mewakili 723 juta jiwa dengan perekonomian gabungan lebih dari 21 triliun dolar AS.
Kesepakatan ini diharapkan bukan hanya tentang angka-angka pertumbuhan, tetapi tentang menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat di kedua belah pihak.
