Denpasar – Surya Dewata
Sidang lanjutan dugaan perbuatan melawan hukum yang terjadi pada proses penjualan aset yang dijaminkan di Bank Mandiri digugat Dr. IB. Suryahadi, di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, hari Rabu 05/06/2024
Pada sidang sebelumnya dua agunan yang sudah dilelang yaitu SHM no 1888/Pererenan, Badung, Bali atas nama Retty Dewi Widiyanti, seluas 1100 M2 dan Sertifikat Hak Milik (SHM) nomor 00248/Padangsambian Kaja, Denpasar atas nama Dr IB Suryahadi, seluas 250 M2 senilai Rp 5.400.000.000 (lima milyar empat ratus juta rupiah)
Hitungan appraisal seharusnya terjual Rp. 8.833.000.000 (delapan milyar delapan ratus tiga puluh tiga juta rupiah).
Kerugian yang diderita oleh penggugat sebagai debitur sebesar Rp 3.433.000.000 (tiga milyar empat ratus tiga puluh tiga juta rupiah) ini jelas tindakan malmanagement dan maladministrasi.
Kuasa hukum penggugat, Suriantama Nasution dari Satu Pintu Solusi menjelaskan bahwa sidang kali ini menghadirkan dua orang saksi mengungkapkan bagaimana proses awal punya hutang dengan jaminan 3 aset tetapi 2 aset sudah lepas dimana tidak ada satu kesepahaman dengan debitur.
Lanjutnya, Pihak kreditur yaitu bank Mandiri telah melepas aset tersebut bahkan terbukti dipersidangan harga yang diambil oleh bank Mandiri sebagai kreditur ternyata jauh dibawah dari harga pasar, tentunya ini yang menjadi literasi penting bagi teman – teman juga para debitur agar mampu menganalisis kasus seperti ini
Akhirnya yang terjadi munculnya kerugian yang nyata bagi debitur bahkan disebutkan dalam fakta persidangan nilai 3,4 milyar yang kita umumkan dalam beberapa media dalam hal ini justru masih menyisakan hutang baik itu pokok maupun bunga dan denda sekitar 12 milyar
Berawal dari pinjaman 12 milyar dua aset sudah hilang tetapi hutang tetap 12 milyar. Jelas disini ada mismanajemen yang kami yakini majelis juga hakim yang mulia melihat ada situasi – situasi atau kondisi yang ditata kelola artinya ada pemanfaatan dari penyalahgunaan kondisi, ini tentunya menjadi berat bagi debitur khusunya penggugat.
Hari ini juga kita menyampaikan juga bahwa hari Jumat kita akan melakukan oeninjauan setempat untuk memastikan aset terakhir.
Sekali lagi hukum yang dasarnya dari hukum adat dimana didalam bangunan rumah ini ada merajan yang tentunya sangat sakral bagi sahabat – sahabat yang ada di Bali.
” Inilah yang menjadi gambar hukum dengan hadirnya dua orang saksi dan bagaimana kita meliihat fakta dipersidangan ,” jelasnya
Peninjauan tempat dalam hukum acara bertujuan memberikan keyakinan kepada majelis apa yang sudah disampikan dalam proses persidangan itu adalah nyata. Contoh obyek sengketa ada apa tidak juga batas – batasnya dimana bahkan kalau disebut ada merajan apakah itu ada, nanti dihadiri para pihak.
Ini merupakan kewenangan hakim dimana hakim perlu hadir melihat dan memihak memberikan keputusan.
Sementara saksi Ida Ayu Candra Dewi yang masih ada hubungan keluarga dengan penggugat menjelaskan kasus ini benar – benar tidak adil karena kewenangan debitur. sangat merugikan debitur.
Belum ada kesepakatan ternyata dua aset jaminan berupa rumah sudah langsung diambil alih.
Waktu kita ingin menjual aset tersebut ternyata sudah beralih kepemilikan.
Pada saat ada pembeli meninjau lokasi menyampaikan ada preman – preman ada di lokasi padahal sudah membayar deposit akhirnya transaksi gagal dan deposit harus dikembalikan.
” Saya berharap ada keadilan karena dua aset sudah diambil alih harusnya pinjaman sudah lunas tetapi ada pengambil alihan lagi 1 aset, itu sepihak namanya ,” ucapnya
” Dengan kejadian saya berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada dan berhati – hati dalam membaca perjanjian kredit antara hak dan kewajiban dan jangan sungkan – sungkan bila merugikan agar diajukan ke ke pengadilan ,” pungkasnya
